BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidup manusia tidak lepas dari berbagai
masalah. Masalah-masalah tersebut baik bersifat pribadi, sosial maupun
hingga bencana alam. Masalah yang bersifat pribadi dapat dilihat mulai dari
masalah diri yang minder karena cacat fisik, tidak bisa makan, tidak dapat
pekerjaan, perasaan tidak aman, kecewa, merasa tidak diterima. Yang bersifat
sosial umumnya takut ditolak oleh
masyarakat, maka banyak yang ikut-ikutan korupsi, merampok dll. Dari luar
manusia berkaitan dengan dunia sekitar manusia seperti adanya bencana alam
dalam bermacam bentuk. Ketika orang
tidak bisa mengatasi permasalahannya akibatnya melarikn diri dengan
mabuk-mabukan, narkoba, seks bebas, merampok, membunuh atau merampok. Yang
tidak berani menjadi stress, sakit
jantung, stroke dan bunuh diri.
Menghadapi permasalahan hidup seperti tersebut didepan,
manusia berusaha dengan berbagai kemampuannya untuk mengatasinya. Pertanyaan tersebut diatas, sebenarnya sudah
muncul jauh sebelum Yesus lahir. Usaha menjawab pertanyaan mendasar tsb, sudah
ada sejak abad 6 sebelum Yesus lahir.
Mereka sering disebut sebagai para tokoh filsuf. Dengan
pikirannya manusia bertanya tentang dirinya dan perananya di dunia ini.
Manusia juga membuat berbagai alat untuk mengatasinya. Alat tersebut dalam
perkembangannya disebut teknologi. Cara lain adalah dengan membuat berbagai
ritual atau upacara yang kiranya dapat mengatasi permasalahan tersebut. Upacara
dan ritual ini akhirnya berkembang menjadi berbagai kepercayaan dan aliran
agama.
B. Tujuan
Semua makhluk hidup didunia ini bukan tercipta dengan
sendirinya, namun terdapat asal-usul tertentu. Begitu pula manusia, makhluk
hidup yang paling sempurna. Makalah ini akan menjelaskan bagaimanakah asal usul
manusia dalam perspektif agama.
C. Permasalahan
Dalam makalah ini diambil suatu batasan makalah yakni
bagaimanakah asal usul manusia itu?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Beberapa pandangan
tentang asal usul manusia
Pertanyaan
besar yang selalu mengganggu pikiran manusia dari abad ke abad adalah
pertanyaan mengenai asal-usul manusia. Menurut Frans Dahler dalam bukunya
mengenai “Asal dan Tujuan Manusia”
dinyatakan bahwa usaha untuk
menjawab hal ini menjadi pangkal lahirnya mitos-mitos, dongeng-dongeng kuno,
berbagai macam filsafat dan agama-agama.
Sejak ribuan tahun lamanya, manusia menciptakan gambaran akan
asal-usulnya sendiri. Dengan segala kemampuannya, meskipun meraba-raba dalam
kegelapan, ia berusaha memuaskan nafsu dan kehausan untuk mengetahui
asal-usulnya sendiri. Dari manakah manusia berasal? Bagaimana ia diciptakan?
Bagaimanakah manusia berkembang sehingga memiliki daya rohani yang agung
sekaligus yang membedakannya dengan binatang? Bangsa-bangsa primitif di Afrika,
Asia dan Australia bicara tentang semacam “Tuhan purba” yang menciptakan
manusia. Sedangkan agama-agama polytheis dari jaman kuno meupun jaman modern
membayangkan adanya “Tuhan jamak”, dewa-dewi yang menciptakan dunia dan
manusia. Sebaliknya ada aliran filsafat, yang pengaruhnya terasa pada agama
Hindu dan Buddha, yang justru menyangkal adanya “ciptaan”. Manusia dalam
pandangan itu dikatakan merupakan unsur
dalam “Dunia Ilahi” yang sudah selalu
ada. Alam semesta bersama manusia
didalamnya merupakan kenyataan ilahi, dan alam ini berputar tanpa
henti-hentinya dalam lingkaran reinkarnasi, lingkaran tertutup, dari kekal
sampai kekal.
Demikian
pula berdasarkan pengalaman eksistensi manusia yang selaluberhadapan dengan
“baik” dan “buruk” maka berkembanglah aliran filsafat dualisme yang menyatakan
bahwa asal dunia ini dari dua prinsip, dua sumber yaitu sumber kebaikan (Allah)
dan sumber kejahatan (Iblis, setan dsb).
Pandangan filosofid
yahudi, islam, dan kristen tentang manusia
Dalam
ajaran Yahudi juga percaya bahwa manusia, kehidupan, bumi, dan seluruh jagad
raya mempunyai asal-usul secara ajaib yang dihasilkan oleh campur tangan
adikodrati suatu keberadaan yang maha tinggi yang umumnya disebut Tuhan.
Keyakinan adanya Tuhan ini juga diyakini dalam pandangan Kristen dan juga Islam
meski dalam penjabaran detil yang berbeda. Maka dalam pandangan keyakinan tiga
agama samawi ini juga akan melahirkan dua aliran besar yang melahirkan arus
pandangan yang berbeda. Yang pertama adalah kelompok keyakinan yang mendasarkan
pada ajaran agamanya, sementara kelompok kedua adalah kelompok yang cenderung
hanya menggunakan instrumen penjelasan yang mereka sebut ilmiah saja dan
condong pada pandangan materialistik, atau sisi sekuler yang lebih jauh bermakna
anti agama. Dalam pandangan tiga agama ini, alam ini adalah ciptaan Tuhan dalam
proses yang berdasarkan kemahakuasaan-Nya. Dan asal manusia berasal dari
penciptaan Adam dan Hawa sebagai nenek moyang. Penjelasan mengenai
kejadian Adam dan Hawa ini bisa diperoleh dari kitab-kitab tiga agama ini juga,
yakni Kitab Kejadian dalam Yahudi dan juga Kristen serta dalam kitab al-Qur'an
dalam Islam. Penjelasan di bawah ini, hanya sebgian dari penjelasan yang ada
dalam kitab-kitab tiga agama ini. Untuk lebih jauh dan lebih banyak bisa
pembaca rujuk langsung pada kitab-kitab yang diyakini mereka.
Dalam
sebuah versi pertama kitab kejadian yang sampai sekarang masih dipercayai oleh
kedua agama (Yahudi dan Kristen) disebutkan, Allah mengatakan, "Biar di
sinilah terjadi cahaya!" setelah itu cahaya muncul, dalam kurun waktu 6
hari, Allah menciptakan langit, daratan, bintang, matahari dan bulan, termasuk
manusia dan binatang. Hari ke-7 Allah istirahat, memandang hasil penciptaannya
dan merasa puas.
Dalam
cerita versi yang kedua menyebut, Allah menciptakan manusia pertama di
daratan-Adam, Allah menciptakan sebuah taman di Eden untuk Adam agar dia bisa
hidup leluasa, namun Allah melarang dia makan buah di atas pohon taman Eden,
buah ini datang dari pohon kesadaran baik dan jahat. Kehidupan Adam terlalu
sepi, maka Allah mengambil sebatang tulang rusuk dari tubuh Adam dan menciptakan
seorang wanita Eve (Hawa). Seekor ular yang bisa berbicara membujuk Adam agar
makan buah larangan tersebut, setelah itu Eve juga membujuk Adam makan buah
larangan tersebut. Setelah Allah mengetahui masalah ini, Adam dan Eve diusir
dari taman Eden, agar mereka jadi manusia biasa saja. Mereka hidup di bumi.
Proses
penciptaan manusia berikutnya setelah Adam dan Hawa juga digambarkan dalam
al-Qur'an, yaitu Manusia diciptakan Allah SWT. Berasal dari saripati tanah,
lalu menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang
paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan.
Kemampuan dan kelebihan termasuk kesempurnaan akal yang dimiliki manusia akan mengantarkan menjadi sosok mulia sebagai khalifah di muka bumi. Namun kalau manusia menyimpang dan hanya mengikuti hawa nafsu saja, maka ia bisa jatuh dalam kehinaan, jauh di bawah makhluk lain. Bahkan disebut lebih hinda dari binatang dan tetumbuhan. Sementara bagi kalangan yang hanya mengedepankan akal dan mendasarkan rumusan penciptaan manusia tanpa keterlibatan Tuhan, penelusuran ilmiah mereka kemudian memang tidak bersumber pada keyakinan agama dan adanya Tuhan. Dari kalangan orang yang tidak percaya adanya tuhan ini kalau diurai lebih lanjut akan bertemu dengan teori evolusi ala Darwin yang menyebut bahwa proses manusia
melalui proses panjang dari urutan-urutan makhluk sebelumnya yang tidak sempurna.
Kemampuan dan kelebihan termasuk kesempurnaan akal yang dimiliki manusia akan mengantarkan menjadi sosok mulia sebagai khalifah di muka bumi. Namun kalau manusia menyimpang dan hanya mengikuti hawa nafsu saja, maka ia bisa jatuh dalam kehinaan, jauh di bawah makhluk lain. Bahkan disebut lebih hinda dari binatang dan tetumbuhan. Sementara bagi kalangan yang hanya mengedepankan akal dan mendasarkan rumusan penciptaan manusia tanpa keterlibatan Tuhan, penelusuran ilmiah mereka kemudian memang tidak bersumber pada keyakinan agama dan adanya Tuhan. Dari kalangan orang yang tidak percaya adanya tuhan ini kalau diurai lebih lanjut akan bertemu dengan teori evolusi ala Darwin yang menyebut bahwa proses manusia
melalui proses panjang dari urutan-urutan makhluk sebelumnya yang tidak sempurna.
Kreonisme
sebagaimana dalam
agama-agama Abrahamik, kreonisme adalah kepercayaan bahwa manusia, kehidupan,
bumi, dan seluruh jagad raya mempunyai asal-usul secara ajaib yang dihasilkan oleh campur tangan adikodrati suatu keberadaan yang maha tinggi yang umumnya disebut Tuhan. Campur
tangan ini dapat dilihat entah sebagai suatu tindakan penciptaan dari ketiadaan
(ex nihilo), atau dengan
munculnya ketertiban dari khaos (demiurgos) yang ada
sebelumnya. Dalam pengertian modern, istilah kreasionisme secara khusus
dihubungkan dengan suatu jenis fundamentalisme Kristen konservatif
yang bertabrakan dengan berbagai aspek dari ilmu pengetahuan. Di kalangan ilmuwan, kreasionisme
adalah termasuk pseudosains, yang tidak
sesuai dengan metode ilmu pengetahuan. Menurut penantang kreasionisme,
pendukung kreasionisme tidak dapat mengusulkan suatu teori penciptaan yang bisa difalsifikaikan atau bisa
diteliti dengan memakai instrumen ilmu pengetahuan.
Banyak yang
menganut keyakinan kreasionisme menganggap semua itu sebagai aspek keyakinan keagamaan yang cocok, atau setidaknya tidak
dipengaruhi oleh penjelasan ilmiah. Namun demikian, kreasionisme dalam penggunaan sehari-hari biasanya
mengandung arti keagamaan, politik dan kampanye sosial — misalnya, dalam pendidikan— untuk
mengukuhkan dominasi atau penerimaan yang luas terhadap pandangan rohani tentang alam
dan tentang tempat manusia di dalamnya. Pandangan ini sering berlawanan dengan
penafsiran-penafsiran tertentu dari metode ilmiah atau naturalisme yang ditolak
oleh para ciptaanis seperti itu sebagai pandangan materialistik, sekular, atau bahkan anti
agama.
Mereka yang
menganut pandangan yang harfiah tentang
Penciptaan menolak teori-teori ilmiah yang
mereka rasa berlawanan dengan teks-teks
keagamaan
mereka. Yang paling menonjol adalah penolakan terhadap evolusi dan keturunan bersama oleh banyak ciptaanis, yang merasa bahwa gagasan bahwa manusia
adalah "turunan dari makhluk-makhluk yang lebih rendah" sebagai
sesuatu yang menghina atau menghujat. Para ciptaanis seperti itu sering juga
menolak konsensus ilmiah yang berlaku saat ini mengenai asal-usul kehidupan, asal-usul spesies manusia, sejarah geologi Bumi, pembentukan
sistem matahari, dan asal-usul jagad raya.
Disamping
pandangan-pandangan tentang asal-usul manusia yang telah diuraikan singkat
diatas, terdapat pula di jaman kuno pandangan materialistis, yang beranggapan
bahwa segala sesuatu, termasuk manusia, berkembang menurut hukum tertentu atau
secara kebetulan, dari benda belaka.
Sama sekali tidak ada pengaruh dari roh atau Tuhan. Demikian misalnya
dinyatakan oleh Demokritos, ahli filsafat dan ilmu pengetahuan alami Yunani
Kuno (460-370 SM). Berjenis-jenis pandangan tentang asal-usul manusia di jaman
modern ini mendapat tantangan dan
pukulan hebat dari TEORI EVOLUSI, yang muncul dalam abad 19. Sejak munculnya teori
Evolusi dari Charles Darwin ternyata membuat gempar seluruh dunia, terutama
tentang bagaimana asal-usul manusia.
Setelah sekian lama
dilakukan pembuktian-pembuktian cemerlang dari sarjana-sarjana penganut teori
evolusi maka ada kompromi dari pihak agama. Kompromi tersebut dikenal dengan
“teori evolusi terbatas” yang bersifat moderat. Pandangan pokoknya adalah bahwa
tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia selama
ribuan tahun benar-benar mengalami mutasi (perubahan) yang tidak
sedikit. Namun mereka menolak mengakui adanya penyeberangan antara tingkatan
mahluk yang satu menuju tingkatan mahluk yang lain. Jadi mutasi benda tak
berhayat menuju tumbuh-tumbuhan, dan tumbuh-tumbuhan menuju bianatang, dan dari
binatang menuju manusia tetaplah disangkal dengan kerasnya. Yang mereka tolak
mati-matian adalah gagasan bahwa manusia seluruhnya, jiwa dan badan, berasal
dari binatang. Hal ini karena pihak ilmu pengetahuan pun belum bisa memberikan
bukti yang meyakinkan, dengan teori “missing link”nya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
·
Manusia berkembang berjalan menuju tujuan akhir, yaitu Akhirat.
·
manusia, kehidupan, bumi, dan seluruh jagad raya mempunyai asal-usul
secara ajaib yang dihasilkan oleh campur tangan adikodrati suatu keberadaan
yang maha tinggi yang umumnya disebut Tuhan. Keyakinan adanya Tuhan ini juga
diyakini dalam pandangan Kristen dan juga Islam meski dalam penjabaran detil
yang berbeda.
·
Dalam pandangan tiga agama ini, alam ini adalah ciptaan Tuhan dalam
proses yang berdasarkan kemahakuasaan-Nya. Dan asal manusia berasal dari
penciptaan Adam dan Hawa sebagai nenek moyang.
DAFTAR PUSTAKA
·
Franz Dahler, Dr dan Julius
Candra, Asal Dan Tujuan Manusia – Teori
evolusi yang menggemparkan dunia, Yogyakarta: kanisius, 1989 (cet.8).
· P. Leenhouwer, “Manusia Dalam Lingkungannya” Gramedia Jakarta, 1988, halaman 219-220.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar