Senin, 09 Juli 2012

Asal-usul Manusia Menurut Agama Islam, Yahudi dan Kristen


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
                   Hidup manusia tidak lepas dari  berbagai  masalah. Masalah-masalah tersebut baik bersifat pribadi, sosial maupun hingga bencana alam. Masalah yang bersifat pribadi dapat dilihat mulai dari masalah diri yang minder karena cacat fisik, tidak bisa makan, tidak dapat pekerjaan, perasaan tidak aman, kecewa, merasa tidak diterima. Yang bersifat sosial umumnya  takut ditolak oleh masyarakat, maka banyak yang ikut-ikutan korupsi, merampok dll. Dari luar manusia berkaitan dengan dunia sekitar manusia seperti adanya bencana alam dalam bermacam bentuk.  Ketika orang tidak bisa mengatasi permasalahannya akibatnya melarikn diri dengan mabuk-mabukan, narkoba, seks bebas, merampok, membunuh atau merampok. Yang tidak berani menjadi stress, sakit  jantung, stroke dan bunuh diri.
                   Menghadapi permasalahan hidup seperti tersebut didepan, manusia berusaha dengan berbagai kemampuannya untuk mengatasinya.  Pertanyaan tersebut diatas, sebenarnya sudah muncul jauh sebelum Yesus lahir. Usaha menjawab pertanyaan mendasar tsb, sudah ada sejak abad 6  sebelum Yesus lahir. Mereka sering disebut sebagai para tokoh filsuf.  Dengan  pikirannya manusia bertanya tentang dirinya dan perananya di dunia ini. Manusia juga membuat berbagai alat untuk mengatasinya. Alat tersebut dalam perkembangannya disebut teknologi. Cara lain adalah dengan membuat berbagai ritual atau upacara yang kiranya dapat mengatasi permasalahan tersebut. Upacara dan ritual ini akhirnya berkembang menjadi berbagai kepercayaan dan aliran agama.

B.  Tujuan
                   Semua makhluk hidup didunia ini bukan tercipta dengan sendirinya, namun terdapat asal-usul tertentu. Begitu pula manusia, makhluk hidup yang paling sempurna. Makalah ini akan menjelaskan bagaimanakah asal usul manusia dalam perspektif agama.
C. Permasalahan
                   Dalam makalah ini diambil suatu batasan makalah yakni bagaimanakah asal usul manusia itu?







BAB II
PEMBAHASAN
A.   Beberapa pandangan tentang asal usul manusia
             Pertanyaan besar yang selalu mengganggu pikiran manusia dari abad ke abad adalah pertanyaan mengenai asal-usul manusia. Menurut Frans Dahler dalam bukunya mengenai “Asal dan Tujuan Manusia”  dinyatakan bahwa  usaha untuk menjawab hal ini menjadi pangkal lahirnya mitos-mitos, dongeng-dongeng kuno, berbagai macam filsafat dan agama-agama.  Sejak ribuan tahun lamanya, manusia menciptakan gambaran akan asal-usulnya sendiri. Dengan segala kemampuannya, meskipun meraba-raba dalam kegelapan, ia berusaha memuaskan nafsu dan kehausan untuk mengetahui asal-usulnya sendiri. Dari manakah manusia berasal? Bagaimana ia diciptakan? Bagaimanakah manusia berkembang sehingga memiliki daya rohani yang agung sekaligus yang membedakannya dengan binatang? Bangsa-bangsa primitif di Afrika, Asia dan Australia bicara tentang semacam “Tuhan purba” yang menciptakan manusia. Sedangkan agama-agama polytheis dari jaman kuno meupun jaman modern membayangkan adanya “Tuhan jamak”, dewa-dewi yang menciptakan dunia dan manusia. Sebaliknya ada aliran filsafat, yang pengaruhnya terasa pada agama Hindu dan Buddha, yang justru menyangkal adanya “ciptaan”. Manusia dalam pandangan itu dikatakan  merupakan unsur dalam “Dunia Ilahi” yang  sudah selalu ada. Alam semesta  bersama manusia didalamnya merupakan kenyataan ilahi, dan alam ini berputar tanpa henti-hentinya dalam lingkaran reinkarnasi, lingkaran tertutup, dari kekal sampai kekal.
             Demikian pula berdasarkan pengalaman eksistensi manusia yang selaluberhadapan dengan “baik” dan “buruk” maka berkembanglah aliran filsafat dualisme yang menyatakan bahwa asal dunia ini dari dua prinsip, dua sumber yaitu sumber kebaikan (Allah) dan sumber kejahatan (Iblis, setan dsb).
Pandangan filosofid yahudi, islam, dan kristen tentang manusia

             Dalam ajaran Yahudi juga percaya bahwa manusia, kehidupan, bumi, dan seluruh jagad raya mempunyai asal-usul secara ajaib yang dihasilkan oleh campur tangan adikodrati suatu keberadaan yang maha tinggi yang umumnya disebut Tuhan. Keyakinan adanya Tuhan ini juga diyakini dalam pandangan Kristen dan juga Islam meski dalam penjabaran detil yang berbeda. Maka dalam pandangan keyakinan tiga agama samawi ini juga akan melahirkan dua aliran besar yang melahirkan arus pandangan yang berbeda. Yang pertama adalah kelompok keyakinan yang mendasarkan pada ajaran agamanya, sementara kelompok kedua adalah kelompok yang cenderung hanya menggunakan instrumen penjelasan yang mereka sebut ilmiah saja dan condong pada pandangan materialistik, atau sisi sekuler yang lebih jauh bermakna anti agama. Dalam pandangan tiga agama ini, alam ini adalah ciptaan Tuhan dalam proses yang berdasarkan kemahakuasaan-Nya. Dan asal manusia berasal dari penciptaan Adam dan Hawa sebagai nenek moyang. Penjelasan mengenai kejadian Adam dan Hawa ini bisa diperoleh dari kitab-kitab tiga agama ini juga, yakni Kitab Kejadian dalam Yahudi dan juga Kristen serta dalam kitab al-Qur'an dalam Islam. Penjelasan di bawah ini, hanya sebgian dari penjelasan yang ada dalam kitab-kitab tiga agama ini. Untuk lebih jauh dan lebih banyak bisa pembaca rujuk langsung pada kitab-kitab yang diyakini mereka.
             Dalam sebuah versi pertama kitab kejadian yang sampai sekarang masih dipercayai oleh kedua agama (Yahudi dan Kristen) disebutkan, Allah mengatakan, "Biar di sinilah terjadi cahaya!" setelah itu cahaya muncul, dalam kurun waktu 6 hari, Allah menciptakan langit, daratan, bintang, matahari dan bulan, termasuk manusia dan binatang. Hari ke-7 Allah istirahat, memandang hasil penciptaannya dan merasa puas.
             Dalam cerita versi yang kedua menyebut, Allah menciptakan manusia pertama di daratan-Adam, Allah menciptakan sebuah taman di Eden untuk Adam agar dia bisa hidup leluasa, namun Allah melarang dia makan buah di atas pohon taman Eden, buah ini datang dari pohon kesadaran baik dan jahat. Kehidupan Adam terlalu sepi, maka Allah mengambil sebatang tulang rusuk dari tubuh Adam dan menciptakan seorang wanita Eve (Hawa). Seekor ular yang bisa berbicara membujuk Adam agar makan buah larangan tersebut, setelah itu Eve juga membujuk Adam makan buah larangan tersebut. Setelah Allah mengetahui masalah ini, Adam dan Eve diusir dari taman Eden, agar mereka jadi manusia biasa saja. Mereka hidup di bumi.
             Proses penciptaan manusia berikutnya setelah Adam dan Hawa juga digambarkan dalam al-Qur'an, yaitu Manusia diciptakan Allah SWT. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan.
             Kemampuan dan kelebihan termasuk kesempurnaan akal yang dimiliki manusia akan mengantarkan menjadi sosok mulia sebagai khalifah di muka bumi. Namun kalau manusia menyimpang dan hanya mengikuti hawa nafsu saja, maka ia bisa jatuh dalam kehinaan, jauh di bawah makhluk lain. Bahkan disebut lebih hinda dari binatang dan tetumbuhan. Sementara bagi kalangan yang hanya mengedepankan akal dan mendasarkan rumusan penciptaan manusia tanpa keterlibatan Tuhan, penelusuran ilmiah mereka kemudian memang tidak bersumber pada keyakinan agama dan adanya Tuhan. Dari kalangan orang yang tidak percaya adanya tuhan ini kalau diurai lebih lanjut akan bertemu dengan teori evolusi ala Darwin yang menyebut bahwa proses manusia

melalui proses panjang dari urutan-urutan makhluk sebelumnya yang tidak sempurna.

Kreonisme

                        sebagaimana dalam agama-agama Abrahamik, kreonisme adalah kepercayaan bahwa manusia, kehidupan, bumi, dan seluruh jagad raya mempunyai asal-usul secara ajaib yang dihasilkan oleh campur tangan adikodrati suatu keberadaan yang maha tinggi yang umumnya disebut Tuhan. Campur tangan ini dapat dilihat entah sebagai suatu tindakan penciptaan dari ketiadaan (ex nihilo), atau dengan munculnya ketertiban dari khaos (demiurgos) yang ada sebelumnya. Dalam pengertian modern, istilah kreasionisme secara khusus dihubungkan dengan suatu jenis fundamentalisme Kristen konservatif yang bertabrakan dengan berbagai aspek dari ilmu pengetahuan. Di kalangan ilmuwan, kreasionisme adalah termasuk pseudosains, yang tidak sesuai dengan metode ilmu pengetahuan. Menurut penantang kreasionisme, pendukung kreasionisme tidak dapat mengusulkan suatu teori penciptaan yang bisa difalsifikaikan atau bisa diteliti dengan memakai instrumen ilmu pengetahuan.
                        Banyak yang menganut keyakinan kreasionisme menganggap semua itu sebagai aspek keyakinan keagamaan yang cocok, atau setidaknya tidak dipengaruhi oleh penjelasan ilmiah. Namun demikian, kreasionisme dalam penggunaan sehari-hari biasanya mengandung arti keagamaan, politik dan kampanye sosial — misalnya, dalam pendidikan— untuk mengukuhkan dominasi atau penerimaan yang luas terhadap pandangan rohani tentang alam dan tentang tempat manusia di dalamnya. Pandangan ini sering berlawanan dengan penafsiran-penafsiran tertentu dari metode ilmiah atau naturalisme yang ditolak oleh para ciptaanis seperti itu sebagai pandangan materialistik, sekular, atau bahkan anti agama.
                        Mereka yang menganut pandangan yang harfiah tentang Penciptaan menolak teori-teori ilmiah yang mereka rasa berlawanan dengan teks-teks keagamaan mereka. Yang paling menonjol adalah penolakan terhadap evolusi dan keturunan bersama oleh banyak ciptaanis, yang merasa bahwa gagasan bahwa manusia adalah "turunan dari makhluk-makhluk yang lebih rendah" sebagai sesuatu yang menghina atau menghujat. Para ciptaanis seperti itu sering juga menolak konsensus ilmiah yang berlaku saat ini mengenai asal-usul kehidupan, asal-usul spesies manusia, sejarah geologi Bumi, pembentukan sistem matahari, dan asal-usul jagad raya.
                        Disamping pandangan-pandangan tentang asal-usul manusia yang telah diuraikan singkat diatas, terdapat pula di jaman kuno pandangan materialistis, yang beranggapan bahwa segala sesuatu, termasuk manusia, berkembang menurut hukum tertentu atau secara kebetulan, dari benda belaka.  Sama sekali tidak ada pengaruh dari roh atau Tuhan. Demikian misalnya dinyatakan oleh Demokritos, ahli filsafat dan ilmu pengetahuan alami Yunani Kuno (460-370 SM). Berjenis-jenis pandangan tentang asal-usul manusia di jaman modern ini mendapat  tantangan dan pukulan hebat dari TEORI EVOLUSI, yang muncul dalam abad 19. Sejak munculnya teori Evolusi dari Charles Darwin ternyata membuat gempar seluruh dunia, terutama tentang bagaimana asal-usul manusia.
                        Setelah sekian lama dilakukan pembuktian-pembuktian cemerlang dari sarjana-sarjana penganut teori evolusi maka ada kompromi dari pihak agama. Kompromi tersebut dikenal dengan “teori evolusi terbatas” yang bersifat moderat. Pandangan pokoknya adalah bahwa tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia selama  ribuan tahun benar-benar mengalami mutasi (perubahan) yang tidak sedikit. Namun mereka menolak mengakui adanya penyeberangan antara tingkatan mahluk yang satu menuju tingkatan mahluk yang lain. Jadi mutasi benda tak berhayat menuju tumbuh-tumbuhan, dan tumbuh-tumbuhan menuju bianatang, dan dari binatang menuju manusia tetaplah disangkal dengan kerasnya. Yang mereka tolak mati-matian adalah gagasan bahwa manusia seluruhnya, jiwa dan badan, berasal dari binatang. Hal ini karena pihak ilmu pengetahuan pun belum bisa memberikan bukti yang meyakinkan, dengan teori “missing link”nya.























BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

·         Manusia berkembang berjalan menuju tujuan akhir, yaitu Akhirat. 
·         manusia, kehidupan, bumi, dan seluruh jagad raya mempunyai asal-usul secara ajaib yang dihasilkan oleh campur tangan adikodrati suatu keberadaan yang maha tinggi yang umumnya disebut Tuhan. Keyakinan adanya Tuhan ini juga diyakini dalam pandangan Kristen dan juga Islam meski dalam penjabaran detil yang berbeda.
·         Dalam pandangan tiga agama ini, alam ini adalah ciptaan Tuhan dalam proses yang berdasarkan kemahakuasaan-Nya. Dan asal manusia berasal dari penciptaan Adam dan Hawa sebagai nenek moyang.






























DAFTAR PUSTAKA
·                 Franz Dahler, Dr dan Julius Candra, Asal Dan Tujuan Manusia  – Teori evolusi yang menggemparkan dunia, Yogyakarta: kanisius, 1989 (cet.8).
·                P. Leenhouwer, “Manusia Dalam Lingkungannya” Gramedia Jakarta, 1988, halaman 219-220.

Tidak ada komentar: