Sabtu, 09 November 2013

Maaf, Atas Perasaan Ini.....

“memang sudah seharusnya, jika ada pertemuan pasti ada perpisahan…” itulah yang aku katakan saat aku meninggalkan gerbang sekolahku “SMP NEGERI 1 MADURAN” meski harus berpisah dari sahabatku, dan sekaligus berpisah dari orang yang aku sayang “ochid”. Aku memang sudah lama menyimpan rasa itu, tapi bodohnya aku, tak mau mengakui perasaan itu. Mungkin juga karena dulu aku sudah terlebih dahulu pacaran sama erwin, teman dekat ochid. Gila memang, aku tak tau siapa yang aku cintai sebenarnya.Apakah erwin ataukah ochid.
Ya itu sekilas cerita di saat aku masih duduk di bangku SMP. Kini aku telah tumbuh jadi gadis dewasa tapi tak pernah bisa jadi dewasa, aku melanjutkan kuliah di UIN sunan ampel surabaya sebagai mahasiswa jurusan psikologi. Dan sekarang aku telah menjalin hubungan dengan teman SMA ku, dia Mas Irwan. Sosok yang menyayangiku apa adanya. Tapi satu yang tak kudapatkan darinya, ya… aku tak pernah dapat perhatian. Ya..memang aku sadar saat ini aku menjalin “Long Distance Relationship”.Mungkin karena hubungan jarak jauh itu, yang membuat dia tak perhatian padaku. Dia melanjutkan study nya di kalimantan, dan aku melanjutkan studyku di surabaya, aku menyadari perubahan yang terjadi pada Mas Irwan. Sering sekali ia membuatku menangis dan bahkan membuatku ingin mencari cowok lain yang lebih baik.Terkadang dia lupa sms aku, kadang lupa telfon dan menanyakan kabarku saat aku sakit.Berulang kali aku menegurnya, tapi dia hanya diam dan meminta maaf.
Saat dia melakukan itu padaku, aku teringat Ochid. Ya..salahku memang, aku mencintai Ochid tapi aku menutupinya, melampiaskan rasa itu pada Mas Irwan. Hingga aku benar-bnar jatuh cinta pada Mas Irwan dan memutuskan untuk menjalin hubungan dengannya. Tapi semenjak dia hidup di kota, dia berubah dan membuatku selalu menangis. Dan tentu saja membuatku mengingat Ochid lagi. Ya..aku sangat merindukan dia, merindukan senyumnya. Terakhir melihat dia saat aku di warnet.Aku lihat dia bersama seorang cewek, mungkin pacarnya. Ya..mungkin aku sakit melihat itu, tapi aku gak punya hak untuk melarangnya. Aku hanya diam saat itu, dan dia sama sekali tak melihatku saat itu.Ya… memang tak punya hak, dia hanya teman, bukan teman tapi sahabat.Sahabat yang selalu ada saat aku sedih, saat aku lelah. Dan mulai saat itu aku jauh darinya,tak pernah ada kabar tentangnya, entah menghilang dimana dia,aku tak tau.

Sekarang aku hanya milik Mas Irwan dan tetap akan mempertahankan hubunganku dengan Mas Irwan yang hampir 2 tahun berjalan. Aku menjalani bagaimana ia membuatku tersenyum, bagaimana ia membuatku jatuh cinta padanya, dan bagaimana ia membuatku menangis dan sakit hati. Itulah pahit manisnya hubunganku dengan Mas Irwan.Meskipun begitu aku sangat menyayanginya.
Tapi saat mendekati anniversary 2 tahun hubunganku dengan Mas Irwan. Aku sulit memahami ini semua, saat aku sudah benar-benar yakin dengan kelanjutan hubunganku dengan Mas Irwan,  Ochid datang dan mencoba masuk di kehidupanku lagi.
Berawal ketika aku melihat pemberitahuan di status jejaring sosial facebook-ku. “satu permintaan pertemanan, Rosyet Elekz Hewe”  ya.. itu facebook Ochid. Tuhan..mengapa saat seperti ini, dia datang.
“hai… tav..!! masih ingat ma aku ta??” aku membaca inbox darinya setelah aku mengkonfirmasi pertemanan dengannya.
“ini Rosyet ya..??? heheh masih ingatlah aku..!! masa’ temen sendiri aku lupa..” balasku
“kok panggilnya gitu..!! bukannya dulu kamu suka panggil aku dengan sebutan Ochid??? Gak usah sungkan-sungkan gitu toh dhil..” pesan itu membuatku kaget, ternyata dia masih ingat dengan sebutan itu. Sebutan yang membuatku jatuh cinta padanya.
“hmmm iya Chid, sorry heheh, oh ya gimana kabarnya??” balasku
“iya gak apa-apa kok, tenang aja,,!! Kabarku baik-baik aja kok dhil, kamu gimana??” tanyanya balik membalas inboxku.
“ya seperti yang anda lihat sekarang, q baik-baik saja kok..!!”
“hmmm.. kamu ini bisa saja dhil.. wong aku gak pernah ketemu kamu kok sekarang, jadi gak tau kabar kamu sekarang...” balasnya
“hmm iya juga sich, kamu sich gak pernah main ke rumahku…!! Gak pengen ketemu ayah kah??” balasku mencairkan suasana canggung di chatingan itu.
“aku di kalimatan dhil…!! Sebenarnya kangen berat sama kamu, pengen ketemu ayah juga..!!kamu gak kangen kah sama aku??? J balasnya dengan memberi tanda smile padaku.
“kamu kerja apa disana chid???”
“biasa, bantuin pamanku di warung..!! kamu pasti masih lanjutin sekolah??” tanyanya
“kok tau??”
“ya tau lah.. secara dari dulu kamu itu gadis yang pinter,tapi tak pernah mengakui kepintaranmu sendiri hehee :D “
“hmmmm udah gak usah ngomong kayak gitu, aku sama kamu itu sama aja,…” balasku
“hmm tuh kan..!!! ini yang aku suka dari fadhil, gadis yang sederhana.. :)“  balasnya membuatku malu
“kamu itu aneh-aneh aja..!! besok kalau pulang jangan lupa maen kerumah ya..!! tak tunggu”
“insyaallah ya… sekalian ngelamar kamu hehehe.. J
“heheheJ kamu itu, bisa aja..”                     
“kamu sekarang ada dimana dhil???” tanyanya
“aku sekarang di tosari, daerah sekitar gunung bromo, ada praktek disini..” jelasku
“ohhh.. jam segini kok belum tidur??” tanyanya lagi
“gak bisa tidur aku, bisa telfon aku gak??? Temenin aku..” pintaku
“oke lah.. nomor kamu yang dulu masih aktifkan??”
“masih donk, aku gak pernah ganti nomor chid”
Tak lama aku chatingan sam Ochid, ha-pe ku berdering, nomor baru. Mungkin Ochid, aku bingung apa harus ku angkat.tiba-tiba jari jempolku memencet tanda terima panggilan.
“Hallo…!!” terdengar suaranya dari jauh sana. Suara yang dulu ku kenal, suara orang yang aku rindukan, suara orang yang pernah ku cintai. Rasanya saat itu seperti dalam mimpi, sama seperti pertama kali aku berjumpa dengannya.
“fadhil, kok diem aja…!!! Hallo….ada orang kah disana??” iya memang benar, itu suara Ochid.
“ya… Ha-llo…!!” ucapku bergetar
“kok Nervous gtu..! kayak gak pernah kenal aja dhil heheh..” ucapnya sambil tertawa. Tuhan aku masih gak nyadar, apa benar itu suara Ochid. Mendengar tawanya lagi, rasanya senang sekali.
“hhmmm… biasa aja kok chid, heheh..!! kapan pulang ke jawa??” tanyaku memulai percakapan.
“Hehehe insyaallah tanggal 27 besok aku pulang dhil, ternyata gak enak jauh dari keluarga, apalagi jauh dari kamu, dhil…..” ucapnya mengagetkanku sekaligus membuatku gugup.
“kamu itu bisa aja, harusnya ya gak mau jauh dari pacar kamu, kok malah aku toh??” ucapku mengalihkan pembicaraan.
“hmm pacar??? Aku gak punya pacar, Dhil..!!aku sekarang pengen deket ma seseorang..”ucapnya dengan nada lembut.
“cieee… siapaa tuh??? Boleh tau gak aku??” tanyaku
“kamu..!!” jawabnya spontan
“apa??? Dari dulukan memang udah deket ma aku chid..” ucapku
“hmm iya juga sich, tapi,,,,” ucapnya terhenti
“tapi apa??? Kamu itu, jangan buat aku Ge-eR ya…” ucapku mencoba mengalihkan pembicaraannya tapi tetep aja dia membicarakan tentang itu, dan membuat rasa itu sedikit tumbuh.
“hmm dhil kamu udah punya cowok gak?” pertanyaan itu membuatku kaget, aku bertanya-tanya dalam hatiku, kenapa dia bertanya seperti itu padaku. Dan itu cukup membuatku terganggu.
“sudah kok…!! Tapi dia gak disini, dia lagi lanjutin study di kalimatan..” jawabku
“oh.. aku kira kamu belum punya cowok …” ucapnya dengan nada getir
“memangnya kenapa????”
“hmm heran aja, saat kamu jomblo, aku punya cewek. Tapi saat aku jomblo, kamu malah udah punya cowok”
“terus hubungannya apa dengan pembicaraan kita???” tanyaku
“ya… gak ada sich..!!! hehhe udah dech lupain aja, kamu gak ngantuk kah?? Ini udah menjelang pagi lho..!!” ucapnya seolah mengalihkan pembicaraan
“hmmm gak bisa tidur aku Chid, udah tiga hari gak bisa tidur, mungkin udaranya dingin makanya gak bisa tidur..” ucapku
“betah banget kamu, jam segini belum tidur…!! Padahal kamu itu cewek lhoo”
“hehe ya begini lah..!! kamu sendiri gak ngantuk?? Gak capek??” tanyaku
“sebenernya ngantuk.. tapi aku kangen sama kamu..!!”
“kok gitu..!! cie sampek segitunya kangen sama aku..” ledekku
“lho beneran, Dhil.. aku gak bohong..!! lagian gak ada gunanya aku bohong sama kamu..!! aku…aku bener-bener kangen sama kamu, kangen senyummu, kangen tawamu, kangen bercandaan dngan kamu…” jelasnya. Entah apa yang kurasa saat itu, apa aku bahagia ataukah sebaliknya. Yang pasti setelah mendengar dia ngomong gitu, aku langsung menangis.Aku hanya terdiam dan menahan isakkanku.
“Dhil… kok diem aja?? Kenapa???Hallooo…” ucapnya memecahkan lamunanku.
“eh..ehmmm…gak, gak kenapa-kenapa kok..!!!” ucapku
“eh..kamu nangis yaa??? Kenapa?? Kangen sama aku ya, sampe nangis gitu..” ucapnya
“hmm gak kok..!! siapa juga yang nangis..!! Ge-eR banget sich…” ucapku sambil mengusap air mataku.
“hmmm mengelak lagi..!! kamu sekarang berubah ya, Dhil..” ucapnya
“berubah gimana?? Perasaan sama aja kayak dulu, memang kamu tau aku dari mana??” tanyaku balik padanya
“kan aku tau foto kamu yang di facebook, kamu berubah banget, tambah dewasa dan tentunya bukan fadhil yang kukenal dulu..” jelasnya
“hmmm kamu itu bisa aja, Chid..!!! tidur gih, usah malem gini.. besok kan kamu harus kerja juga..” suruhku
“iya, aku juga udah ngantuk..! kamu juga tidur ya, Fadhil sayang..” ucapnya
“heeempp… oke lah..!!! met menjelang pagi Ochid… heheh”
“kamu juga Dhil…”
Dengan cepat ku tutup telfon Ochid.  Aku gak nyangka bisa mendengar suara itu lagi, aku benar-benar merindukanmu, Chid. Ingin sekali aku berjumpa denganmu dan melihat senyum itu lagi.
Mulai saat itu, hari-hariku tak lagi sepi.Rasanya jika tak menerima sms atau telfon darinya aku merasa sangat merindukannya.Ingin rasanya cepat-cepat bertemu dengannya.Bahkan saat Mas Irwan membuatku menangis, Ochid selalu tiba-tiba telfon aku. Dan lagi-lagi dia membuatku tenang dan merasa nyaman ketika mendengar  suaranya, merasa nyaman ketika mendengarnya tertawa, meskipun suara itu terdengar dari jauh sana.
Tiga hari setelah aku praktik di bromo, aku tak memutuskan pulang kerumah, aku tetap tinggal di kos-kosan.Tapi yang buat aku kesal, tiga hari juga Mas Irwan tak menanyakan kabar tentangku. Bahkan Sms ku sudah jarang di bales olehnya, sungguh sakit memang. Tapi rasa sakit itu lagi-lagi terobati dengan kehadiran Ochid lagi dalam hidupku.Seperti saat masa SMP dulu, saat aku disakiti Erwin, dan lagi-lagi Ochid yang menyelamatkan aku dari keterpurukan itu.Dan sekarang saat aku kuliah, kejadian itu berulang lagi. Kejadian yang sama, saat Mas Irwan tak lagi memperdulikan aku, Ochid selalu datang meski hanya menghiburku lewat telfon saja.
Malam itu, aku menangis sendirian dikamar kos, setelah mendapatkan sms yang mungkin sangat menyakiti hatiku. “gak usah sms aku dulu, aku sibuk…”. Ya sms itu yang membuatku sakit, padahal aku hanya menanyakan kabar tentangnya karena aku sangat merindukannya, karena memang dialah kekasihku. Aku tak tau apa yang membuat dia berubah seperti ini, dia bukan seperti Mas Irwan yang ku kenal, dia sudah seperti orang lain bagiku. Padahal aku sudah mencoba serius dengannya, bahkan orang tuaku telah memberi restu untuk hubunganku dengannya. Tiba-tiba saat tangisku mulai tak bisa terhenti, hp-ku berdering dan kudengar lagu super junior KRY “Promise You” ya… siapa lagi kalau bukan Ochid, karena nomornya aku kasih nada dering itu. Lagi-lagi Ochid datang disaat keadaanku seperti ini, saat aku menangis seperti ini.Aku mulai menceritakan semua yang terjadi padaku akhir-akhir ini. Dia prihatin dan mencoba menghiburku, “sudahlah, Dhil… jangan nangis lagi ya..!! ada Ochid disini, Ochid gak akan ninggalin Fadhil lagi kok…!!! Ochid itu sahabat Fadhil, Fadhil gak boleh nangis lagi ya..!!” ucapnya saat dia menelfonku. Aku terharu sekaligus senang namun masih saja meneteskan air mata. Saat itu jam tangan di meja kamarku, udah nunjukin pukul 00.00, aku ingat betul ternyata sudah berjam-jam aku menangis, ya..menangis karena Mas Irwan dan tersenyum lagi karena Ochid.
Tepat tanggal 28 Mei 2013, aku memutuskan pulang ke lamongan.Aku menceritakan semua yang terjadi akhir-akhir ini pada ibuku.Ibuku sempat gak percaya kalau Mas Irwan sudah berubah seperti itu. Mas Irwan yang dulunya baik dan perhatian sama aku, sekarang berbalik menyakiti aku. Aku menangis dipangkuan ibuku, “sudahlah, Nak..!! jangan terlalu berharap dengan Irwan, masih banyak pria lain yang lebih baik darinya..!! percaya dech ma ibu..!!” nasehat ibuku itu sangat menyadarkan aku, ya.. memang benar apa kata ibuku. Memang masih banyak yang lebih baik dari Mas Irwan dan aku tak perlu berharap lebih dengannya. Malamnya, ketika aku asik bermain ponselku, sambil bergulat dengan dunia mayaku, aku mendapat satu pesan dari “Rosyet Elekz Hewe”, ya… satu pesan yang membuatku entah melayang kemana.
“Hai Dhil, aku sekarang udah dirumah..!!  kamu main ya…”
Pesan singkat itu membuatku melayang, senang, bahagia sekaligus heran. Aku baru menyadari perasaan apa yang tumbuh dihatiku saat itu, tapi aku tak begitu yakin dengan perasaan itu.Meskipun teman dekatku dikampus bilang kalau itu perasaan cinta, tapi aku masih belum percaya, bagaimana bisa aku mencintai dua orang cowok. Ya… sejujurnya aku masih mencintai Mas Irwan, tapi apa ini?? Kenapa aku merasa bahagia saat mendapat telfon atau sms darinya?? Apa ini cinta??.Bodohnya aku, kenapa ini kubiarkan terjadi begitu saja.Padahal butuh waktu 2 tahun lebih untuk menghilangkan perasaan itu.
Tanggal 29 Mei 2013, tepatnya hari jum’at. Ya..hari spesial mungkin buatku, mungkin juga buat Ochid. Tepat jam 1 siang, dia datang kerumah, ya… Ochid datang kerumah. Tuhan..aku melihat senyum itu lagi, senyum yang dihiasi dengan kumis yang tipis membuat senyum itu semakin indah. Sungguh saat itu aku hanya bisa diam menundukkan kepalaku, sambil sesekali melihat wajahnya.Ya, kulihat dia juga sedikit malu dan hanya memandangku dibalik rambutnya yang sedikit gondrong.5 tahun sudah aku tak melihatnya, dan sekarang sosok yang aku rindukan itu benar-benar didepan mataku, Sosok yang dulu menemani hari-hariku disekolah, sekarang dia ada didepan mataku.
“hmmm…. Kok gak sms aku kalau kamu datang kesini..” ucapku malu-malu
“kalau aku sms kamu, berarti bukan kejutan dong namanya..” ucapnya sembari tersenyum manis padaku.
“iya juga sih..!!!”
“kamu tambah kurusan, Dhil..!! kepikiran apa sih kamu??” tanyanya menanyakan keadaanku.
“hmm…perasaan dari dulu juga segini kok..!!”
“dulu waktu kamu SMA, aku sering liat kamu olahraga dilapangan desa tau..!!”ucapnya mengagetkan aku.
“apa??? Jadi kamu… sering liat aku olahraga dilapangan..!! tapi kamu kok diem aja,”
“ehmm… melihat wajahmu dari kejauhan itu udah lebih dari cukup, Dhil…” ucapnya
“kamu itu bisa aja, Chid..” alihku
“eh.. kamu sekarang beda banget ya,,!! Fadhil yang dulu itu tomboy, gak pernah ngerawat wajahnya, baju aja pinjem kakaknya..tapi sekarang…”
“ehhmmm sekarang apa?? Sama aja kok kayak dulu..” ucapku
“sekarang kamu udah jadi Fadhil yang anggun, gak kayak dulu lagi…”ucapnya dengan nada rendah sambil menundukkan kepalanya.
“ah…kamu itu aneh-aneh aja..!!! perasaan dari dulu ya kayak gini kok… kamu nya aja yang lupa sama aku, mentang-mentang udah punya cewek,” ledekku
“hahahhaa… cewek dari hongkong… kan udah tak bilangin aku gak ada cewek sekarang, ya… maunya sih sama kamu..”
“bagus dong… punya cewek orang hongkong,” ucapku mencoba mengalihkan pembicaraannya. aku tahu maksudmu, Chid. Cuma aku gak mau kamu masuk dalam hidupku lagi, aku mau kita tetep temenan kayak dulu, aku gak mau perasaan itu tumbuh lagi karena butuh waktu lama untuk menghapus semua rasa itu, dulu.
waktu yang pernah aku jalani denganmu  5 tahun yang lalu, sungguh indah bagiku tapi juga menyakitkan untukku. Terkadang mengingatnya saja, aku sampai menangis, menangis karena rasa sakit yang mungkin tak kunjung sembuh. Terlebih ketika aku pernah melihatmu bersama orang lain dan rasanya itu sangat menyakitkan, tapi lebih aneh lagi jika aku benar-benar merasakan itu, karena aku tahu kamu bukan siapa-siapa dalam hidupku dan aku juga bukan siapa-siapa untukmu. Sungguh aku tak berhak untuk merasakan hal sesakit itu, tapi kenapa semua ini bisa terjadi.Aku pun tahu, yang pasti aku berharap rasa itu tak pernah tumbuh lagi.
Oh Tuhan… tolonglah aku
janganlah kau biarkan diriku
jatuh cinta kepadanya, sebab andai itu terjadi
aka nada hati yang terluka
Tuhan…. tolong diriku
Dari ponselku terdengar lagu Derby Romero, ya… aku memang sengaja memutar lagu itu, mungkin sesuai dengan keadaanku saat ini.Aku tak inginrasa ini berlarut-larut tumbuh dalam hatiku, aku ingin membuang jahu-jauh perasaan itu, tapi wajah Ochid yan baru saja kemarin ada didepan mataku, sampai sekarang tetap terbayang dimataku. Ya Allah, aku mohon jangan biarkan apa yang terjadi dulu, terulang lagi sekarang karena itu akan menyulitkan untukku, untuknya dan tentunya untuk Mas Irwan yang lebih dulu telah memiliki hatiku.
Tiba-tiba suara gemuru motor Vixion memecahkan lamunan malam mingguku yang sepi. Aku mencoba melihat siapa yang dating malam itu, karena silau nyalah lampu motor sehingga aku tak bisa melihat wajah itu. Terlihat senyum itu begitu manis, ya..tersenyum padaku, dan aku mengenali senyum khas itu. Malam itu jantungku berdetak sangat cepat, telapak tanganku yang tadinya hangat berubah menjadi sedingin salju, dan aku menundukkan kepalaku saat aku tahu, kalau yang datang ternyata Ochid.Aku hanya terdiam, menundukkan kepala ketika dia duduk begitu dekat denganku, aku benar-benar gugup saat itu.Dia duduk dan menjabat tanganku, dan kurasa dia merasakan dinginnya tanganku malam itu.“Aduchh…. bodohnya kamu Dhil, kamu gak cinta kan sama Ochid, kamu dan Ochid Cuma temenan aja kan..???gila… please jangan biarkan rasa itu tumbuh lagi, Dhil….!! ingat Mas Irwan.” ucapku dalam hati. senyum dan mata itu membuatku semakin terpesona melihatnya. Suasana malam itu semakin sunyi, aku dan Ochid hanya terdiam saling memandang, ahh bukan.Dia yang memandangiku dan aku hanya menundukkan kepala sambil sesekali mencuri pandang untuk menatapp senyumnya yang indah itu.
“kok bengong aja, Chid..” tanyaku memecahkan keheningan malam itu.
“hmm.. lagi mandangin wajah temenku..!! kok kelihatan canggung banget gitu..” ucapnya sambil terus  memandang wajahku, dan aku tersipu malu mendengar ucapannya.
“ehmmm…. jangan gitu, nanti aku besar kepala lagi.. hehe”
“kapan balik ke Surabaya??” tanyanya
“Hari senin besok baru balik..!!kenapa emangnya?” tanyaku
“pengen Tanya aja, trus pulang lagi kapan?” tanyanya balik
“belum tahu, yaaakk.. kangen ya sama aku..???” ledekku
“emmmm… iya.!! hehee”
“bisa aja kamu itu…!!”
“eh.. ingat gak, dulu kan kita sering bercandaan didepan uks..!! sampe-sampe si Erwin cemburu ngeliat kita berdua..!! di kirain kamu selingkuh sama aku… inget gak??”
“hehe iya, inget banget aku.. sampe dia mau bilang putus ke aku, terus gak jadi gara-gara aku balik marah ke dia hahahah, ekspresinya lucu banget ya…” ucapku sambil menirukan ekspresi Erwin waktu itu. Sehingga suara tawa kami berdua, menggelegar malam itu.
Tawa malam itu membuat kenangan masa dulu disekolah teringat kembali. Dimana waktu jam-jam istirahat aku dan Ochid, selalu menyempatkan waktu bersama utnuk bercanda di depan UKs atau didepan perpus. Meskipun aku dan Dia tak pernah satu kelas, tapi diantara kami berdua selalu ada kebersamaan, kebersamaan yang pernah kami harapkan tak termakan oleh waktu, tapi harapan itu ta pernah terwujud dan akhirnya kebersamaan itu tertunda selama 5 tahun dan  sekarang semuanya telah kembali tapi disaat waktunya tak tepat, disaat hatiku telah dimiliki orang lain yang juga sangat menyayangi aku. Malam itu, dia sempat bilang kalau dia sayang sama aku, tapi aku hanya  diam karena aku tak pernah bisa memahami perasaanku sendiri.
Hmmmm… malam itu bener-bener indah, indah sekaligus menyakitkan. Karena bagaimanapun juga aku sadar, terlalu lama aku menyimpan rasa ini,terlalu lama juga aku mencoba membunuh perasaan ini. Dan sekarang aku begitu saja akan melupakan usahaku itu, hanya karena Ochid telah kembali dalam hidupku. Ah… tidak semudah itu. Aku gak boleh jatuh cinta lagi sama Ochid, aku dan dia hanya sebatas teman saja, teman bermain semenjak aku duduk dibangku SMP. Malam itu juga, setelah Ochid berpamitan padaku dan menghilang dari hadapanku. Tiba-tiba saja aku menangis, menangis teringat Mas Irwan, “maafkan aku, Mas…!!! Ini salahmu telah mencampakanku begitu saja, hingga membiarkan perasaanku tumbuh untuk orang lain yang juga pernah singgah dihatiku..!! aku juga tak tahu apa arti dari semua ini, apa aku benar-benar mencintainya? Apa aku benar-benar mencintaimu, Mas?? Andai kamu tak bersikap seperti itu padaku mungkin semua ini gak akan terjadi…!! Aku harus bagaimana mas?? Aku harus bagaimana?? Mana yang harus aku pilih..”
Aku mulai bingung dengan perasaanku sendiri. Tak tahu mana yang harus aku jalani, maksudnya mana yang harus aku pilih, entah Mas Irwan atau Ochid. Ah sudahlah…. Untuk saat ini aku hanya milik Mas Irwan, hanya Mas Irwan yang berhak mendapatkan cinta ini. Karena tak mungkin mendustai usahaku untuk membuang perasaan itu pada Ochid, dulu. Sekarang aku hanya akan menanti sampai Mas Irwan benar-benar menyadari kesalahannnya padaku. Sakit tapi akan tetap aku pertahankan.
Hari yang aku lalui saat ini, benar-benar tak kesepian lagi meskipun sekarang Mas Irwan jarang sekali sms bahkan telfon aku. Dan yang semakin membuatku bimbang, dimana saat Mas Irwan mulai menghindar dariku, Ochid datang dan menemani hari-hariku, membuatku merasa nyaman, membuatku terlalu tersenyum, membuatku lebih berharga didunia ini, terlebih saat aku di diagnosa terkena penyakit jantung dan itu bisa membuatku lumpuh seumur hidup. Aku takut, yaaa… saat itu aku benar-benar takut saat dokter mendiagnosa bahwa aku terkena penyakit yang bisa membuatku lumpuh seumur hidupku. Memang sakit menerima kenyataan itu, tapi satu yang membuatku kuat untuk menghadapi ini semua, karena orang-orang yang ada disekitarku, orang-orang yang menyayangiku, Ochid. Kakakku dan adikku terutama kedua orang tuaku yang membuatku kuat menjalani ini semua. 
Hidup yang aku jalani ini memang tak seburuk waktu itu, sebelum Ochid kembali lagi dalam hidupku. Tapi ini semua membuatku bahagia dan mungkin semakin membuatku terpuruk. Ya… memang setiap malam Ochid datang kerumahku, selagi kuliahku libur, terlebih jika dia mendengar bahwa aku jatuh sakit lagi. Tak pernah ia melewatkan malamnya tanpa menjengukku kerumah, senang memang tapi mungkin akan membuat perasaan ini semakin tumbuh. Aku bingung, benar-benar bingung, hingga tiba waktunya, jarang sekali aku membalas sms Ochid dan Mas Irwan. Bahkan aku sengaja gak beli pulsa, agar aku gak membalas sms dari mereka.
Saat itu, tiga hari aku mengurung diriku dikamar. Bahkan perutku, ku biarkan kosong selama itu. Aku benar-benar tak merasa lapar, bahkan obat dari dokter sama sekali tak tersentuh tanganku. Aku terus saja menangis seolah tak mendengar bunyi perut kosongku dan tak menghiraukan sakitnya semua badanku. Ibu dan bapakku menjadi semakin bingung, bahkan mereka menghubungi sahabat karibku, Zety. Untuk datang kerumah, mereka berharap kedatangan Zety bisa membuatku lebih baik lagi. Tapi saat kedatangan Zety saat itu, menjadikan tangisku memecah keheningan dikamarku. Aku bingung, bagaimana untuk memulai cerita ini dan bagaimana untuk mengakhiri cerita ini. waktu itu, aku biarkan kepalaku bersandar di pundak sahabat karibku itu, dan ku biarkan air mataku menetes di bajunya.
“kamu kenapa, Dhil?? Kenapa tiba-tiba kamu jadi seperti ini?? ingat jaga kondisi kesehatanmu..!! cerita dong sama aku, aku sudah ada disini, Dhil..!! kamu kenapa sich??” Tanya zety sembari menyeka air matanya yang tiba-tiba jatuh menetes dipipinya. Mungkin dia prihatin melihat keadaanku saat itu. Aku bingung zet, harus dari mana aku memulainya. Mungkin ini juga salahku, begitu mudahnya aku luluh oleh cinta, hingga tanpa aku saadari menyakiti hatiku sendiri. Aku mencoba menarik nafas panjang dan mulai menceritakan semuanya pada sahabatku itu. Semua yang aku hadapi dalam hidupku saat ini, masalah penyakitku, masalah Ochid dan Mas irwan.
“kamu harus kuat Dhil..!! aku ada disini, kamu gak boleh nyerah..!! kamu pasti sembuh,..!!!” semangatnya itu membuatku sedikit melupakan semuanya.
“kamu tau, yang membuatku salut sama kamu itu… kamu bisa memendam perasaanmu bertahun-tahun, aku saja gak bisa meniru sikap kamu itu..!! sekarang gini, kamu nyamannya sama siapa?? Sama Ochid apa sama Irwan??? Kamu harus bisa milih salah satu..!! aku yakin kamu pasti bisa nentuin yang terbaik buat diri kamu sendiri..” jelasnya
“tapi aku takut menyakiti hati mereka, zet…!! Aku benar-benar takut…”
“kamu gak bisa lari dari masalah ini, Dhil… apapun yang terjadi kamu harus jalani ini semua, kamu harus selesein masalah ini…!!! buat hidupmu semakin berarti, kamu ingat Nino.. dia pasti sedih liat kamu kayak gini, dia gak pengen kamu nangis terus kayak gini..!! kamu ingat pesan terakhir dia kan, dia gak mau kamu kayak gini terus..!! kamu harus bisa pilij mana yang terbaik buat kamu…!! Aku yakin kamu pasti bisa…karena fadhil yang aku kenal gak kayak gini…!! Fadhil yang aku kenal itu, kuat dan tegar..” hibur Zetty padaku.
Aku menarik nafas panjang, dan mencoba menenangkan diriku sendiri. Sakit memang tapi aku harus menghadapi ini semua, aku harus bisa menyeleseikan masalah yang sudah aku buat dan yang pasti aku tak akan memilih, aku lebih memilih meninggalkan mereka berdua. Aku akan mencoba pergi jauh dari kehidupan mereka berdua.
Mungkin itu lebih baik…..
Maafkan aku, Ochid….
Maaf membuatmu seperti ini..
Maaf atas perasaan ini, aku akan mencoba mengubur dalam-dalam perasaan itu..
Lupakan aku…
♥♥♥♥
Maafkan aku, Mas Irwan…
Kita harus putus..
Maafkan aku membuat luka dihatimu
Maafkan aku, karena tak bisa menepati janjiku..
Maaf aku menghianatimu..
Meski sebenanrnya kamu yang mencampakanku..
Maaf kita harus berpisah..
Mungkin itu lebih baik….
MianHae….
“The End”
Surabaya, 07 November 2013

Tidak ada komentar: