“memang sudah seharusnya, jika ada pertemuan pasti ada perpisahan…”
itulah yang aku katakan saat aku meninggalkan gerbang sekolahku
“SMP NEGERI 1 MADURAN” meski harus berpisah dari sahabatku, dan sekaligus berpisah
dari orang yang aku sayang “ochid”. Aku memang sudah lama menyimpan rasa itu,
tapi bodohnya aku, tak mau mengakui perasaan itu. Mungkin juga karena dulu aku
sudah terlebih dahulu pacaran sama erwin, teman dekat ochid. Gila memang, aku
tak tau siapa yang aku cintai sebenarnya.Apakah erwin ataukah ochid.
Ya itu sekilas cerita di saat aku masih duduk di bangku SMP. Kini
aku telah tumbuh jadi gadis dewasa tapi tak pernah bisa jadi dewasa, aku
melanjutkan kuliah di UIN sunan ampel surabaya sebagai mahasiswa jurusan
psikologi. Dan sekarang aku telah menjalin hubungan dengan teman SMA ku, dia Mas
Irwan. Sosok yang menyayangiku apa adanya. Tapi satu yang tak kudapatkan
darinya, ya… aku tak pernah dapat perhatian. Ya..memang aku sadar saat ini aku
menjalin “Long Distance Relationship”.Mungkin karena hubungan jarak jauh itu,
yang membuat dia tak perhatian padaku. Dia melanjutkan study nya di kalimantan,
dan aku melanjutkan studyku di surabaya, aku menyadari perubahan yang terjadi
pada Mas Irwan. Sering sekali ia membuatku menangis dan bahkan membuatku ingin
mencari cowok lain yang lebih baik.Terkadang dia lupa sms aku, kadang lupa
telfon dan menanyakan kabarku saat aku sakit.Berulang kali aku menegurnya, tapi
dia hanya diam dan meminta maaf.
Saat dia melakukan itu padaku, aku teringat Ochid. Ya..salahku
memang, aku mencintai Ochid tapi aku menutupinya, melampiaskan rasa itu pada
Mas Irwan. Hingga aku benar-bnar jatuh cinta pada Mas Irwan dan memutuskan
untuk menjalin hubungan dengannya. Tapi semenjak dia hidup di kota, dia berubah
dan membuatku selalu menangis. Dan tentu saja membuatku mengingat Ochid lagi.
Ya..aku sangat merindukan dia, merindukan senyumnya. Terakhir melihat dia saat
aku di warnet.Aku lihat dia bersama seorang cewek, mungkin pacarnya. Ya..mungkin
aku sakit melihat itu, tapi aku gak punya hak untuk melarangnya. Aku hanya diam
saat itu, dan dia sama sekali tak melihatku saat itu.Ya… memang tak punya hak,
dia hanya teman, bukan teman tapi sahabat.Sahabat yang selalu ada saat aku
sedih, saat aku lelah. Dan mulai saat itu aku jauh darinya,tak pernah ada kabar
tentangnya, entah menghilang dimana dia,aku tak tau.
Sekarang aku hanya milik Mas Irwan dan tetap akan mempertahankan
hubunganku dengan Mas Irwan yang hampir 2 tahun berjalan. Aku menjalani bagaimana
ia membuatku tersenyum, bagaimana ia membuatku jatuh cinta padanya, dan
bagaimana ia membuatku menangis dan sakit hati. Itulah pahit manisnya
hubunganku dengan Mas Irwan.Meskipun begitu aku sangat menyayanginya.
Tapi saat mendekati anniversary 2 tahun hubunganku dengan Mas
Irwan. Aku sulit memahami ini semua, saat aku sudah benar-benar yakin dengan
kelanjutan hubunganku dengan Mas Irwan,
Ochid datang dan mencoba masuk di kehidupanku lagi.
Berawal ketika aku melihat pemberitahuan di status jejaring sosial
facebook-ku. “satu permintaan pertemanan, Rosyet Elekz Hewe” ya.. itu facebook Ochid. Tuhan..mengapa saat
seperti ini, dia datang.
“hai… tav..!! masih ingat ma aku ta??” aku membaca inbox darinya setelah aku mengkonfirmasi pertemanan
dengannya.
“ini Rosyet ya..??? heheh masih ingatlah aku..!! masa’ temen
sendiri aku lupa..” balasku
“kok panggilnya gitu..!! bukannya dulu kamu suka panggil aku dengan
sebutan Ochid??? Gak usah sungkan-sungkan gitu toh dhil..” pesan itu membuatku kaget, ternyata dia masih ingat dengan sebutan
itu. Sebutan yang membuatku jatuh cinta padanya.
“hmmm iya Chid, sorry heheh, oh ya gimana kabarnya??” balasku
“iya gak apa-apa kok, tenang aja,,!! Kabarku baik-baik aja kok
dhil, kamu gimana??” tanyanya balik
membalas inboxku.
“ya seperti yang anda lihat sekarang, q baik-baik saja kok..!!”
“hmmm.. kamu ini bisa saja dhil.. wong aku gak pernah ketemu kamu
kok sekarang, jadi gak tau kabar kamu sekarang...” balasnya
“hmm iya juga sich, kamu sich gak pernah main ke rumahku…!! Gak
pengen ketemu ayah kah??” balasku
mencairkan suasana canggung di chatingan itu.
“aku di kalimatan dhil…!! Sebenarnya kangen berat sama kamu, pengen
ketemu ayah juga..!!kamu gak kangen kah sama aku??? J” balasnya
dengan memberi tanda smile padaku.
“kamu kerja apa disana chid???”
“biasa, bantuin pamanku di warung..!! kamu pasti masih lanjutin
sekolah??” tanyanya
“kok tau??”
“ya tau lah.. secara dari dulu kamu itu gadis yang pinter,tapi tak
pernah mengakui kepintaranmu sendiri hehee :D “
“hmmmm udah gak usah ngomong kayak gitu, aku sama kamu itu sama aja,…” balasku
“hmm tuh kan..!!! ini yang aku suka dari fadhil, gadis yang
sederhana.. :)“ balasnya membuatku malu
“kamu itu aneh-aneh aja..!! besok kalau pulang jangan lupa maen
kerumah ya..!! tak tunggu”
“insyaallah ya… sekalian ngelamar kamu hehehe.. J”
“heheheJ kamu itu, bisa aja..”
“kamu sekarang ada dimana dhil???” tanyanya
“aku sekarang di tosari, daerah sekitar gunung bromo, ada praktek
disini..” jelasku
“ohhh.. jam segini kok belum tidur??” tanyanya lagi
“gak bisa tidur aku, bisa telfon aku gak??? Temenin aku..” pintaku
“oke lah.. nomor kamu yang dulu masih aktifkan??”
“masih donk, aku gak pernah ganti nomor chid”
Tak lama aku chatingan sam Ochid, ha-pe ku berdering, nomor baru.
Mungkin Ochid, aku bingung apa harus ku angkat.tiba-tiba jari jempolku memencet
tanda terima panggilan.
“Hallo…!!” terdengar suaranya dari jauh sana. Suara yang dulu ku
kenal, suara orang yang aku rindukan, suara orang yang pernah ku cintai.
Rasanya saat itu seperti dalam mimpi, sama seperti pertama kali aku berjumpa
dengannya.
“fadhil, kok diem aja…!!! Hallo….ada orang kah disana??” iya memang
benar, itu suara Ochid.
“ya… Ha-llo…!!” ucapku bergetar
“kok Nervous gtu..! kayak gak pernah kenal aja dhil heheh..”
ucapnya sambil tertawa. Tuhan aku masih gak nyadar, apa benar itu suara Ochid.
Mendengar tawanya lagi, rasanya senang sekali.
“hhmmm… biasa aja kok chid, heheh..!! kapan pulang ke jawa??”
tanyaku memulai percakapan.
“Hehehe insyaallah tanggal 27 besok aku pulang dhil, ternyata gak
enak jauh dari keluarga, apalagi jauh dari kamu, dhil…..” ucapnya mengagetkanku
sekaligus membuatku gugup.
“kamu itu bisa aja, harusnya ya gak mau jauh dari pacar kamu, kok
malah aku toh??” ucapku mengalihkan pembicaraan.
“hmm pacar??? Aku gak punya pacar, Dhil..!!aku sekarang pengen
deket ma seseorang..”ucapnya dengan nada lembut.
“cieee… siapaa tuh??? Boleh tau gak aku??” tanyaku
“kamu..!!” jawabnya spontan
“apa??? Dari dulukan memang udah deket ma aku chid..” ucapku
“hmm iya juga sich, tapi,,,,” ucapnya terhenti
“tapi apa??? Kamu itu, jangan buat aku Ge-eR ya…” ucapku mencoba
mengalihkan pembicaraannya tapi tetep aja dia membicarakan tentang itu, dan
membuat rasa itu sedikit tumbuh.
“hmm dhil kamu udah punya cowok gak?” pertanyaan itu membuatku
kaget, aku bertanya-tanya dalam hatiku, kenapa dia bertanya seperti itu padaku.
Dan itu cukup membuatku terganggu.
“sudah kok…!! Tapi dia gak disini, dia lagi lanjutin study di
kalimatan..” jawabku
“oh.. aku kira kamu belum punya cowok …” ucapnya dengan nada getir
“memangnya kenapa????”
“hmm heran aja, saat kamu jomblo, aku punya cewek. Tapi saat aku
jomblo, kamu malah udah punya cowok”
“terus hubungannya apa dengan pembicaraan kita???” tanyaku
“ya… gak ada sich..!!! hehhe udah dech lupain aja, kamu gak ngantuk
kah?? Ini udah menjelang pagi lho..!!” ucapnya seolah mengalihkan pembicaraan
“hmmm gak bisa tidur aku Chid, udah tiga hari gak bisa tidur,
mungkin udaranya dingin makanya gak bisa tidur..” ucapku
“betah banget kamu, jam segini belum tidur…!! Padahal kamu itu
cewek lhoo”
“hehe ya begini lah..!! kamu sendiri gak ngantuk?? Gak capek??”
tanyaku
“sebenernya ngantuk.. tapi aku kangen sama kamu..!!”
“kok gitu..!! cie sampek segitunya kangen sama aku..” ledekku
“lho beneran, Dhil.. aku gak bohong..!! lagian gak ada gunanya aku
bohong sama kamu..!! aku…aku bener-bener kangen sama kamu, kangen senyummu,
kangen tawamu, kangen bercandaan dngan kamu…” jelasnya. Entah apa yang kurasa
saat itu, apa aku bahagia ataukah sebaliknya. Yang pasti setelah mendengar dia
ngomong gitu, aku langsung menangis.Aku hanya terdiam dan menahan isakkanku.
“Dhil… kok diem aja?? Kenapa???Hallooo…” ucapnya memecahkan
lamunanku.
“eh..ehmmm…gak, gak kenapa-kenapa kok..!!!” ucapku
“eh..kamu nangis yaa??? Kenapa?? Kangen sama aku ya, sampe nangis
gitu..” ucapnya
“hmm gak kok..!! siapa juga yang nangis..!! Ge-eR banget sich…”
ucapku sambil mengusap air mataku.
“hmmm mengelak lagi..!! kamu sekarang berubah ya, Dhil..” ucapnya
“berubah gimana?? Perasaan sama aja kayak dulu, memang kamu tau aku
dari mana??” tanyaku balik padanya
“kan aku tau foto kamu yang di facebook, kamu berubah banget,
tambah dewasa dan tentunya bukan fadhil yang kukenal dulu..” jelasnya
“hmmm kamu itu bisa aja, Chid..!!! tidur gih, usah malem gini..
besok kan kamu harus kerja juga..” suruhku
“iya, aku juga udah ngantuk..! kamu juga tidur ya, Fadhil sayang..”
ucapnya
“heeempp… oke lah..!!! met menjelang pagi Ochid… heheh”
“kamu juga Dhil…”
Dengan cepat ku tutup telfon Ochid.
Aku gak nyangka bisa mendengar suara itu lagi, aku benar-benar
merindukanmu, Chid. Ingin sekali aku berjumpa denganmu dan melihat senyum itu
lagi.
Mulai saat itu, hari-hariku tak lagi sepi.Rasanya jika tak menerima
sms atau telfon darinya aku merasa sangat merindukannya.Ingin rasanya
cepat-cepat bertemu dengannya.Bahkan saat Mas Irwan membuatku menangis, Ochid
selalu tiba-tiba telfon aku. Dan lagi-lagi dia membuatku tenang dan merasa
nyaman ketika mendengar suaranya, merasa
nyaman ketika mendengarnya tertawa, meskipun suara itu terdengar dari jauh
sana.
Tiga hari setelah aku praktik di bromo, aku tak memutuskan pulang
kerumah, aku tetap tinggal di kos-kosan.Tapi yang buat aku kesal, tiga hari
juga Mas Irwan tak menanyakan kabar tentangku. Bahkan Sms ku sudah jarang di
bales olehnya, sungguh sakit memang. Tapi rasa sakit itu lagi-lagi terobati
dengan kehadiran Ochid lagi dalam hidupku.Seperti saat masa SMP dulu, saat aku
disakiti Erwin, dan lagi-lagi Ochid yang menyelamatkan aku dari keterpurukan
itu.Dan sekarang saat aku kuliah, kejadian itu berulang lagi. Kejadian yang
sama, saat Mas Irwan tak lagi memperdulikan aku, Ochid selalu datang meski
hanya menghiburku lewat telfon saja.
Malam itu, aku menangis sendirian dikamar kos, setelah mendapatkan
sms yang mungkin sangat menyakiti hatiku. “gak usah sms aku dulu, aku sibuk…”.
Ya sms itu yang membuatku sakit, padahal aku hanya menanyakan kabar tentangnya
karena aku sangat merindukannya, karena memang dialah kekasihku. Aku tak tau
apa yang membuat dia berubah seperti ini, dia bukan seperti Mas Irwan yang ku
kenal, dia sudah seperti orang lain bagiku. Padahal aku sudah mencoba serius
dengannya, bahkan orang tuaku telah memberi restu untuk hubunganku dengannya.
Tiba-tiba saat tangisku mulai tak bisa terhenti, hp-ku berdering dan kudengar
lagu super junior KRY “Promise You” ya… siapa lagi kalau bukan Ochid, karena
nomornya aku kasih nada dering itu. Lagi-lagi Ochid datang disaat keadaanku
seperti ini, saat aku menangis seperti ini.Aku mulai menceritakan semua yang
terjadi padaku akhir-akhir ini. Dia prihatin dan mencoba menghiburku, “sudahlah,
Dhil… jangan nangis lagi ya..!! ada Ochid disini, Ochid gak akan ninggalin
Fadhil lagi kok…!!! Ochid itu sahabat Fadhil, Fadhil gak boleh nangis lagi
ya..!!” ucapnya saat dia menelfonku. Aku terharu sekaligus senang namun
masih saja meneteskan air mata. Saat itu jam tangan di meja kamarku, udah
nunjukin pukul 00.00, aku ingat betul ternyata sudah berjam-jam aku menangis,
ya..menangis karena Mas Irwan dan tersenyum lagi karena Ochid.
Tepat tanggal 28 Mei 2013, aku memutuskan pulang ke lamongan.Aku
menceritakan semua yang terjadi akhir-akhir ini pada ibuku.Ibuku sempat gak
percaya kalau Mas Irwan sudah berubah seperti itu. Mas Irwan yang dulunya baik
dan perhatian sama aku, sekarang berbalik menyakiti aku. Aku menangis
dipangkuan ibuku, “sudahlah, Nak..!! jangan terlalu berharap dengan Irwan,
masih banyak pria lain yang lebih baik darinya..!! percaya dech ma ibu..!!”
nasehat ibuku itu sangat menyadarkan aku, ya.. memang benar apa kata ibuku.
Memang masih banyak yang lebih baik dari Mas Irwan dan aku tak perlu berharap
lebih dengannya. Malamnya, ketika aku asik bermain ponselku, sambil bergulat
dengan dunia mayaku, aku mendapat satu pesan dari “Rosyet Elekz Hewe”, ya…
satu pesan yang membuatku entah melayang kemana.
“Hai Dhil, aku sekarang udah dirumah..!! kamu main ya…”
Pesan singkat itu membuatku melayang, senang, bahagia sekaligus
heran. Aku baru menyadari perasaan apa yang tumbuh dihatiku saat itu, tapi aku
tak begitu yakin dengan perasaan itu.Meskipun teman dekatku dikampus bilang
kalau itu perasaan cinta, tapi aku masih belum percaya, bagaimana bisa aku
mencintai dua orang cowok. Ya… sejujurnya aku masih mencintai Mas Irwan, tapi
apa ini?? Kenapa aku merasa bahagia saat mendapat telfon atau sms darinya?? Apa
ini cinta??.Bodohnya aku, kenapa ini kubiarkan terjadi begitu saja.Padahal
butuh waktu 2 tahun lebih untuk menghilangkan perasaan itu.
Tanggal 29 Mei 2013, tepatnya hari jum’at. Ya..hari spesial mungkin
buatku, mungkin juga buat Ochid. Tepat jam 1 siang, dia datang kerumah, ya…
Ochid datang kerumah. Tuhan..aku melihat senyum itu lagi, senyum yang dihiasi
dengan kumis yang tipis membuat senyum itu semakin indah. Sungguh saat itu aku
hanya bisa diam menundukkan kepalaku, sambil sesekali melihat wajahnya.Ya,
kulihat dia juga sedikit malu dan hanya memandangku dibalik rambutnya yang
sedikit gondrong.5 tahun sudah aku tak melihatnya, dan sekarang sosok yang aku
rindukan itu benar-benar didepan mataku, Sosok yang dulu menemani hari-hariku
disekolah, sekarang dia ada didepan mataku.
“hmmm…. Kok gak sms aku kalau kamu datang kesini..” ucapku
malu-malu
“kalau aku sms kamu, berarti bukan kejutan dong namanya..” ucapnya
sembari tersenyum manis padaku.
“iya juga sih..!!!”
“kamu tambah kurusan, Dhil..!! kepikiran apa sih kamu??” tanyanya
menanyakan keadaanku.
“hmm…perasaan dari dulu juga segini kok..!!”
“dulu waktu kamu SMA, aku sering liat kamu olahraga dilapangan desa
tau..!!”ucapnya mengagetkan aku.
“apa??? Jadi kamu… sering liat aku olahraga dilapangan..!! tapi
kamu kok diem aja,”
“ehmm… melihat wajahmu dari kejauhan itu udah lebih dari cukup,
Dhil…” ucapnya
“kamu itu bisa aja, Chid..” alihku
“eh.. kamu sekarang beda banget ya,,!! Fadhil yang dulu itu tomboy,
gak pernah ngerawat wajahnya, baju aja pinjem kakaknya..tapi sekarang…”
“ehhmmm sekarang apa?? Sama aja kok kayak dulu..” ucapku
“sekarang kamu udah jadi Fadhil yang anggun, gak kayak dulu
lagi…”ucapnya dengan nada rendah sambil menundukkan kepalanya.
“ah…kamu itu aneh-aneh aja..!!! perasaan dari dulu ya kayak gini
kok… kamu nya aja yang lupa sama aku, mentang-mentang udah punya cewek,”
ledekku
“hahahhaa… cewek dari hongkong… kan udah tak bilangin aku gak ada
cewek sekarang, ya… maunya sih sama kamu..”
“bagus dong… punya cewek orang hongkong,” ucapku mencoba
mengalihkan pembicaraannya. aku tahu maksudmu, Chid. Cuma aku gak mau kamu
masuk dalam hidupku lagi, aku mau kita tetep temenan kayak dulu, aku gak mau
perasaan itu tumbuh lagi karena butuh waktu lama untuk menghapus semua rasa
itu, dulu.
waktu yang pernah aku jalani denganmu 5 tahun yang lalu, sungguh indah bagiku tapi
juga menyakitkan untukku. Terkadang mengingatnya saja, aku sampai menangis,
menangis karena rasa sakit yang mungkin tak kunjung sembuh. Terlebih ketika aku
pernah melihatmu bersama orang lain dan rasanya itu sangat menyakitkan, tapi
lebih aneh lagi jika aku benar-benar merasakan itu, karena aku tahu kamu bukan
siapa-siapa dalam hidupku dan aku juga bukan siapa-siapa untukmu. Sungguh aku
tak berhak untuk merasakan hal sesakit itu, tapi kenapa semua ini bisa
terjadi.Aku pun tahu, yang pasti aku berharap rasa itu tak pernah tumbuh lagi.
Oh Tuhan… tolonglah aku
janganlah kau biarkan diriku
jatuh cinta kepadanya, sebab andai
itu terjadi
aka nada hati yang terluka
Tuhan…. tolong diriku
Dari ponselku terdengar lagu Derby Romero, ya… aku memang sengaja
memutar lagu itu, mungkin sesuai dengan keadaanku saat ini.Aku tak inginrasa
ini berlarut-larut tumbuh dalam hatiku, aku ingin membuang jahu-jauh perasaan
itu, tapi wajah Ochid yan baru saja kemarin ada didepan mataku, sampai sekarang
tetap terbayang dimataku. Ya Allah, aku mohon jangan biarkan apa yang terjadi
dulu, terulang lagi sekarang karena itu akan menyulitkan untukku, untuknya dan
tentunya untuk Mas Irwan yang lebih dulu telah memiliki hatiku.
Tiba-tiba suara gemuru motor Vixion memecahkan lamunan malam
mingguku yang sepi. Aku mencoba melihat siapa yang dating malam itu, karena
silau nyalah lampu motor sehingga aku tak bisa melihat wajah itu. Terlihat
senyum itu begitu manis, ya..tersenyum padaku, dan aku mengenali senyum khas
itu. Malam itu jantungku berdetak sangat cepat, telapak tanganku yang tadinya
hangat berubah menjadi sedingin salju, dan aku menundukkan kepalaku saat aku
tahu, kalau yang datang ternyata Ochid.Aku hanya terdiam, menundukkan kepala
ketika dia duduk begitu dekat denganku, aku benar-benar gugup saat itu.Dia
duduk dan menjabat tanganku, dan kurasa dia merasakan dinginnya tanganku malam
itu.“Aduchh…. bodohnya kamu Dhil, kamu
gak cinta kan sama Ochid, kamu dan Ochid Cuma temenan aja kan..???gila… please
jangan biarkan rasa itu tumbuh lagi, Dhil….!! ingat Mas
Irwan.” ucapku dalam hati. senyum dan mata itu membuatku semakin terpesona
melihatnya. Suasana malam itu semakin sunyi, aku dan Ochid hanya terdiam saling
memandang, ahh bukan.Dia yang memandangiku dan aku hanya menundukkan kepala
sambil sesekali mencuri pandang untuk menatapp senyumnya yang indah itu.
“kok bengong aja, Chid..” tanyaku memecahkan keheningan malam itu.
“hmm.. lagi mandangin wajah temenku..!! kok kelihatan canggung
banget gitu..” ucapnya sambil terus
memandang wajahku, dan aku tersipu malu mendengar ucapannya.
“ehmmm…. jangan gitu, nanti aku besar kepala lagi.. hehe”
“kapan balik ke Surabaya??” tanyanya
“Hari senin besok baru balik..!!kenapa emangnya?” tanyaku
“pengen Tanya aja, trus pulang lagi kapan?” tanyanya balik
“belum tahu, yaaakk.. kangen ya sama aku..???” ledekku
“emmmm… iya.!! hehee”
“bisa aja kamu itu…!!”
“eh.. ingat gak, dulu kan kita sering bercandaan didepan uks..!!
sampe-sampe si Erwin cemburu ngeliat kita berdua..!! di kirain kamu selingkuh
sama aku… inget gak??”
“hehe iya, inget banget aku.. sampe dia mau bilang putus ke aku,
terus gak jadi gara-gara aku balik marah ke dia hahahah, ekspresinya lucu
banget ya…” ucapku sambil menirukan ekspresi Erwin waktu itu. Sehingga suara
tawa kami berdua, menggelegar malam itu.
Tawa malam itu membuat kenangan masa dulu disekolah teringat
kembali. Dimana waktu jam-jam istirahat aku dan Ochid, selalu menyempatkan
waktu bersama utnuk bercanda di depan UKs atau didepan perpus. Meskipun aku dan
Dia tak pernah satu kelas, tapi diantara kami berdua selalu ada kebersamaan,
kebersamaan yang pernah kami harapkan tak termakan oleh waktu, tapi harapan itu
ta pernah terwujud dan akhirnya kebersamaan itu tertunda selama 5 tahun
dan sekarang semuanya telah kembali tapi
disaat waktunya tak tepat, disaat hatiku telah dimiliki orang lain yang juga
sangat menyayangi aku. Malam itu, dia sempat bilang kalau dia sayang sama aku, tapi
aku hanya diam karena aku tak pernah bisa
memahami perasaanku sendiri.
Hmmmm… malam itu bener-bener indah, indah sekaligus menyakitkan.
Karena bagaimanapun juga aku sadar, terlalu lama aku menyimpan rasa ini,terlalu
lama juga aku mencoba membunuh perasaan ini. Dan sekarang aku begitu saja akan
melupakan usahaku itu, hanya karena Ochid telah kembali dalam hidupku. Ah…
tidak semudah itu. Aku gak boleh jatuh cinta lagi sama Ochid, aku dan dia hanya
sebatas teman saja, teman bermain semenjak aku duduk dibangku SMP. Malam itu
juga, setelah Ochid berpamitan padaku dan menghilang dari hadapanku. Tiba-tiba
saja aku menangis, menangis teringat Mas Irwan, “maafkan aku, Mas…!!! Ini
salahmu telah mencampakanku begitu saja, hingga membiarkan perasaanku tumbuh
untuk orang lain yang juga pernah singgah dihatiku..!! aku juga tak tahu apa
arti dari semua ini, apa aku benar-benar mencintainya? Apa aku benar-benar
mencintaimu, Mas?? Andai kamu tak bersikap seperti itu padaku mungkin semua ini
gak akan terjadi…!! Aku harus bagaimana mas?? Aku harus bagaimana?? Mana yang
harus aku pilih..”
Aku mulai bingung dengan perasaanku sendiri. Tak tahu mana yang
harus aku jalani, maksudnya mana yang harus aku pilih, entah Mas Irwan atau
Ochid. Ah sudahlah…. Untuk saat ini aku hanya milik Mas Irwan, hanya Mas Irwan
yang berhak mendapatkan cinta ini. Karena tak mungkin mendustai usahaku untuk
membuang perasaan itu pada Ochid, dulu. Sekarang aku hanya akan menanti sampai
Mas Irwan benar-benar menyadari kesalahannnya padaku. Sakit tapi akan tetap aku
pertahankan.
Hari yang aku lalui saat ini, benar-benar tak kesepian lagi
meskipun sekarang Mas Irwan jarang sekali sms bahkan telfon aku. Dan yang
semakin membuatku bimbang, dimana saat Mas Irwan mulai menghindar dariku, Ochid
datang dan menemani hari-hariku, membuatku merasa nyaman, membuatku terlalu
tersenyum, membuatku lebih berharga didunia ini, terlebih saat aku di diagnosa
terkena penyakit jantung dan itu bisa membuatku lumpuh seumur hidup. Aku takut,
yaaa… saat itu aku benar-benar takut saat dokter mendiagnosa bahwa aku terkena
penyakit yang bisa membuatku lumpuh seumur hidupku. Memang sakit menerima
kenyataan itu, tapi satu yang membuatku kuat untuk menghadapi ini semua, karena
orang-orang yang ada disekitarku, orang-orang yang menyayangiku, Ochid. Kakakku
dan adikku terutama kedua orang tuaku yang membuatku kuat menjalani ini semua.
Hidup yang aku jalani ini memang tak seburuk waktu itu, sebelum
Ochid kembali lagi dalam hidupku. Tapi ini semua membuatku bahagia dan mungkin
semakin membuatku terpuruk. Ya… memang setiap malam Ochid datang kerumahku,
selagi kuliahku libur, terlebih jika dia mendengar bahwa aku jatuh sakit lagi.
Tak pernah ia melewatkan malamnya tanpa menjengukku kerumah, senang memang tapi
mungkin akan membuat perasaan ini semakin tumbuh. Aku bingung, benar-benar
bingung, hingga tiba waktunya, jarang sekali aku membalas sms Ochid dan Mas
Irwan. Bahkan aku sengaja gak beli pulsa, agar aku gak membalas sms dari
mereka.
Saat itu, tiga hari aku mengurung diriku dikamar. Bahkan perutku,
ku biarkan kosong selama itu. Aku benar-benar tak merasa lapar, bahkan obat
dari dokter sama sekali tak tersentuh tanganku. Aku terus saja menangis seolah
tak mendengar bunyi perut kosongku dan tak menghiraukan sakitnya semua badanku.
Ibu dan bapakku menjadi semakin bingung, bahkan mereka menghubungi sahabat
karibku, Zety. Untuk datang kerumah, mereka berharap kedatangan Zety bisa
membuatku lebih baik lagi. Tapi saat kedatangan Zety saat itu, menjadikan tangisku
memecah keheningan dikamarku. Aku bingung, bagaimana untuk memulai cerita ini
dan bagaimana untuk mengakhiri cerita ini. waktu itu, aku biarkan kepalaku
bersandar di pundak sahabat karibku itu, dan ku biarkan air mataku menetes di
bajunya.
“kamu kenapa, Dhil?? Kenapa tiba-tiba kamu jadi seperti ini?? ingat
jaga kondisi kesehatanmu..!! cerita dong sama aku, aku sudah ada disini,
Dhil..!! kamu kenapa sich??” Tanya zety sembari menyeka air matanya yang
tiba-tiba jatuh menetes dipipinya. Mungkin dia prihatin melihat keadaanku saat
itu. Aku bingung zet, harus dari mana aku memulainya. Mungkin ini juga salahku,
begitu mudahnya aku luluh oleh cinta, hingga tanpa aku saadari menyakiti hatiku
sendiri. Aku mencoba menarik nafas panjang dan mulai menceritakan semuanya pada
sahabatku itu. Semua yang aku hadapi dalam hidupku saat ini, masalah
penyakitku, masalah Ochid dan Mas irwan.
“kamu harus kuat Dhil..!! aku ada disini, kamu gak boleh nyerah..!!
kamu pasti sembuh,..!!!” semangatnya itu membuatku sedikit melupakan semuanya.
“kamu tau, yang membuatku salut sama kamu itu… kamu bisa memendam
perasaanmu bertahun-tahun, aku saja gak bisa meniru sikap kamu itu..!! sekarang
gini, kamu nyamannya sama siapa?? Sama Ochid apa sama Irwan??? Kamu harus bisa
milih salah satu..!! aku yakin kamu pasti bisa nentuin yang terbaik buat diri
kamu sendiri..” jelasnya
“tapi aku takut menyakiti hati mereka, zet…!! Aku benar-benar
takut…”
“kamu gak bisa lari dari masalah ini, Dhil… apapun yang terjadi
kamu harus jalani ini semua, kamu harus selesein masalah ini…!!! buat hidupmu
semakin berarti, kamu ingat Nino.. dia pasti sedih liat kamu kayak gini, dia
gak pengen kamu nangis terus kayak gini..!! kamu ingat pesan terakhir dia kan,
dia gak mau kamu kayak gini terus..!! kamu harus bisa pilij mana yang terbaik
buat kamu…!! Aku yakin kamu pasti bisa…karena fadhil yang aku kenal gak kayak
gini…!! Fadhil yang aku kenal itu, kuat dan tegar..” hibur Zetty padaku.
Aku menarik nafas panjang, dan mencoba menenangkan diriku sendiri.
Sakit memang tapi aku harus menghadapi ini semua, aku harus bisa menyeleseikan
masalah yang sudah aku buat dan yang pasti aku tak akan memilih, aku lebih
memilih meninggalkan mereka berdua. Aku akan mencoba pergi jauh dari kehidupan
mereka berdua.
Mungkin itu
lebih baik…..
Maafkan aku,
Ochid….
Maaf membuatmu
seperti ini..
Maaf atas
perasaan ini, aku akan mencoba mengubur dalam-dalam perasaan itu..
Lupakan aku…
♥♥♥♥
Maafkan aku,
Mas Irwan…
Kita harus
putus..
Maafkan aku
membuat luka dihatimu
Maafkan aku,
karena tak bisa menepati janjiku..
Maaf aku
menghianatimu..
Meski
sebenanrnya kamu yang mencampakanku..
Maaf kita harus
berpisah..
Mungkin itu
lebih baik….
MianHae….
“The
End”
Surabaya, 07 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar