Minggu, 02 Desember 2012

Validitas Dalam Pengukuran



Referensi: Reliabilitas Dan Validitas,. Dr. Saifuddin Azwar,M.A.
a.      Validitas Pengukuran
        validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Sedangkan sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid, tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat namun harus mampu mengungkapkan data dengan cermat. Cermat disini berarti pengukuran itu mampu memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya diantara subjek yang satu dengan yang lainnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan valid atau tidaknya suatu alat ukur tergantung pada mampu tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang di kehendaki dengan tepat.
         
   Menggunakan alat ukur yang bertujuan untuk mengukur suatu aspek tertentu akan tetapi tidak dapat memberikan hasil ukur yang cermat dan teliti tentu akan menghasilkan berbagai kesalahan. Kesalahan itu dapat berupa hasil yang terlalu tinggi (Overestimasi) atau yang terlalu rendah (Underestimasi). Keragaman kesalahan ini dalam istilah statistika disebut varians kesalahan atau varians error. Alat ukur yang valid adalah memiliki varians eror yang kecil (karena eror pengukurannya kecil) sehingga angka yang dihasilkannya dapat dipercaya sebagai angka yang “sebenarnya” atau angka yang mendekati keadaan yang sebenarnya.  Suatu alat ukur biasanya hanya merupakan ukuran yang valid untuk satu tujuan yang spesifik. Sedangkan pernyataan valid harus diikuti oleh keterangan yang menunjuk kepada tujuan ukur, yaitu valid untuk mengukur apa.
b.     Koefisien Validitas
            Sebagai mana reliabilitas, validitas pun umumnya dinyatakan secara empirik oleh suatu koefisien, yaitu koefisien validitas. Tidak seperti reliabilitas yang dinyatakan oleh korelasi antara distribusi skor tes yang bersangkutan dengan distribusi skor suatu kriteria yang relevan. Kriteria ini dapat berupa skor tes lain yang mempunyai fungsi ukur yang sama dengan tes yang bersangkutan dan dapat pula berupa ukuran-ukuran lain yang relevan. Suatu misal, bila skor pada tes diberi lambang X dan skor pada kriteria mempunyai lambang Y, maka koefisien korelasi antara tes dan kriteria itu adalah rxy. Simbol rxy inilah yang digunakan untuk menyatakan tinggi-rendahnya validitas suatu alat ukur. Koefisien validitas hanya mempunyai makna apabila mempunyai harga positif. Semakin tinggi mendkati angka 1,0 berarti suatu tes semakin valid hasil ukurnya, namun dalam kenyataannya suatu koefisien validitas tidak akan pernah mencapai angka maksimal atau mendekati angka 1,0. Bahkan suatu koefisien validitas yang tinggi adalah lebih sulit dicapaidari pada koefisien reliabilitas.
c.      Konsepsi Mengenai Validitas
            Dalam teori skor murni klasikal, pengertian validitas tersebut dapat dikatakan sebagai sejauh mana besarnya skor tampak X mendekati skor murni T. Skor tampak X tidak akan sama dengan skor murni T, kecuali apabila alat ukur yang bersangkutan memiliki validitas yang sempurna. Semakin skor tampak mendekati skor murni maka akan semakin tinggi validitasnya, dan sebaliknya semakin rendah validitasnya berarti semakin jauh perbedaan skor tampak dan skor murninya. Suatu alat ukur yang tinggi validitasnya akan memiliki eror pengukuran yang kecil, artinya skor setiap subjek yang diperoleh alat ukur tersebut tidak jauh berbeda dari skor yang sesungguhnya.
            Sebagaimana halnya dengan reliabilitas, maka apa yang dapat diperoleh dari prosedur validitas tes adalah suatu estimasi terhadap validitas dengan prosedur tertentu. Dengan menggunakan teknik dan cara yang tepat dapat dilakukan prosedur estimasi guna melihat apa yang sesungguhnya diukur oleh tes dan seberapa cermat hasil ukurnya. Dari cara estimasinya yang sesuai dengan sifat dan  fungsi setiap tes, tipe validitas pada umumnya digolongkan dalam tiga kategori, yaitu: content validity (Validitas Isi), construct validity (Validitas Konstrak), dan criterion-related validity (validitas berdasarkan kriteria.
1.    Validitas Isi, merupakan yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat Professional Judgment. Validitas isi terbagi menjadi dua tipe, yaitu: Validitas Muka dan Validitas logik.

  • ·       Validitas Muka

Adalah tipe validitas yang paling rendah signifikansinya karena hanya didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan (appearance) tes.

  • ·       Validitas Logik

Validitas logik disebut juga sebagai validitas sampling. Validitas tipe ini menunjuk pada sejauh mana isi tes merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak di ukur.
2.    Validitas Konstrak, adalah tipe validitas yang menunjuk sejauh mana tes mngungkapkan suatu trait atau konstrak teoretik yang hendak diukurnya. Pengujian ini merupakan proses yang terus berlanjut sejalan dengan perkembangan konsep mengenai trait yang di ukur.
3.    Validitas Berdasarkan Kriteria, prosedur pendekatan validitas berdasarkan kriteria menghendaki tersedianya kriteria eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor tes. Suatu kriteria adalah variabel perilaku yang akan di prediksi oleh skor tes atau berupa suatu ukuran lain yang relevan. Untuk melihat tingginya validitas berdasarkan kriteria dilakukan komputasi korelasi antara skor tes dengan skor kriteria. Prosedur validasi berdasarkan kriteria menghasilkan dua macam validitas, yaitu:

  • ·       Validitas Prediktif

Validitas ini sangat penting artinya bila tes di maksudkan untuk berfungsi sebagai prediktor bagi performansi diwaktu yang akan datang. Contoh situasi yang menghendaki adanya prediksi performansi ini antara lain adalah bimbingan karir, dalam seleksi mahasiswa baru , dalam klasifikasi dan penempatan karyawan, dan semacamnya.
Prosedur ini pada umumnya memerlukan waktu yang lama dan mungkin pula biaya yang tidak sedikit dikarenakan prosedur ini pada dasarnya bukan pekerjaan yang di anggap selesei setelah melakukan sekali prosedur analisis, melainkan lebih merupakan kontinyuitas dalam proses pengembangan tes.

  • ·       Validitas Konkuren

Apabila skor tes dan skor yang kriteria dapat diprolh dalam waktu yang sama, maka korelasi antara kedua skor termaksud merupakan koefisien validitas konkuren. Validitas konkuren merupakan indikasi validitas yang layak ditegakkan apabila tidak digunakan lagi sebagai suatu prediktor  dan merupakan validitas yang sangat penting dalam situasi diagnostik. Bila tes di maksudkan sebagai suatu prediktor bagi performansi, maka validitas konkuren tidak cukup memuaskan dan validitas prediktif merupakan keharusan.
             Baik pada pengujian validitas prediktif maupun pada pengujian validitas konkuren, problem utamanya adalah masalah menemukan kriteria validasi yang tepat. Tidak selalu kriteria itu dapat ditentukan dengan mudah oleh karena konsepsi mengenai trait yang di ukur oleh tes dan oleh kriterianya seringkali tidak sama walaupun namanya tampak sama.
    

Tidak ada komentar: